Minggu, 24 Juli 2011

Ujung Genteng

Pantai ini adalah tujuan wisata untuk perpisahan kuliah yang kami wacanakan setelah Bali dan Kepulauan Karimun Jawa gagal, namun nasibnya sama seperti 2 pantai tersebut, gagal. Namun kami tidak kehabisan wacana. Ketika kami berkumpul, kami kembali mencanangkan untuk mengunjungi pantai ini pada awal Juni. Bulan yang ditunggu akhirnya datang. Dengan beberapa hambatan yang sempat menjadi halangan, kami akhirnya berangkat pada hari Jumat, 3 Juni 2011 pukul 22.00 WIB dari Bandung dengan menggunakan mobil AVP berkapasitas 10 orang (sempit) seharga Rp 500.000,-/2 hari.
Tak ada cerita apabila tak ada masalah, begitu pun yang kami alami. Trip pun dimulai, namun baru sampai Padalarang, mobil yang kami sewa mogok. Kami menunggu pemilik mobil sekitar 2 jam untuk memperbaiki mobil tersebut. Pukul 00.05 kami baru dapat meneruskan perjalanan. Namun penderitaan kami tidak usai disana, ketika kami berhenti di sebuah Pom Premium di kota Sukabumi mobil tersebut kembali mogok, lagi dan lagi sampai akhirnya kami sampai pukul 06.00 WIB di salah satu villa yang ada di Ujung Genteng dengan perjalanan yang sangat melelahkan karena harus mendorong mobil dan jalan yang ditempuh berliku-liku dan hancur. Hati kami sangat gembira ketika kami akhirnya setelah berbulan-bulan dapat melihat pantai. Jujur secara pribadi saya sangat tertarik dengan villa tersebut (saya lupa namanya), selain view-nya sangat bagus, ada banyak pohon kelapa, sejuk, dan terkesan megah, namun tidak terawatt (terlihat angker) dan jauh dari pantai, sehingga kami memutuskan untuk mencari villa yang lain.



Setelah melakukan perjalanan sekitar setengah jam, kami akhirnya sampai di sebuah Pantai. Sempat kecewa dengan pantai yang ada di depan mata kami karena tidak sesuai dengan yang kami harapkan, pantainya kurang terurus dan sangat biasa saja. Sebelum memutuskan untuk menjelajahi pantai, kami memutuskan untuk mencari villa di sekitar pantai tersebut. Alhasil kami menemukan sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu dengan 2 buah kamar, 1 buah kamar mandi, dan dapur. Dilihat dari harga cukup murah, hanya 275 Ribu, sehingga untuk menghemat kami memilih wisma tersebut untuk beristirahat.



Setelah selesai sarapan mie instan, kami semua beristirahat, tidur, dan mandi. Lewat pukul 10.00 kami kembali menjelajah berharap mendapatkan pantai yang sesuai dengan harapan kami sebelumnya. Alhasil kami menemukan sebuah pantai yang cukup mengobati rasa kecewa kami, pantai itu merupakan pantai tempat Konservasi Penyu Pangumbahan sekitar 15 Menit dari villa kami. Sebenarnya tidak jauh, namun jalan yang ditempuh sangat jelek.

dari depan kami disuguhkan beberapa buah bangunan tempat penjaga atau pengurus proses penangkaran penyu tersebut.



Sebelum kami melihat pantai, kami diperbolehkan melihat anak penyu hasil penangkaran malam harinya dengan syarat memberi uang untuk rokok. Cukup seru "bermain" dengan anak penyu yang unyu, itu adalah satu kenikmatan tersendiri menurut kami, berfoto dan hasilnya cukup bagus.

Setelah "bermain" dengan anak penyu, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai melewati tempat penyu bertelur, dan taman pesisir pantai penyu pangumbahan yang terdapat pepohonan dengan view seperti konservasi hutan.



Sekitar 200 meter dari tempat konservasi penyu tersebut ada pantai yang cukup menawan, pantai ini bernama Pantai Pangumbahan. Dan kami menghabiskan waktu untuk berfoto ria dan menikmati pantai disini sampai dengan pukul 14.00 WIB.





Setelah lapar, kami memutuskan untuk pulang ke Villa, di perjalanan kami menemukan sebuah pantai dangkal dan tenang, sehingga kami dapat melihat keindahan rumput laut, batu-batu kerikil, kerang, dan sebagainya di bawah air jernih.





Kemudian kami melanjutkan perjalanan mencari makanan. Siang bolong dengan panas yang cukup menyengat kami menemukan bakso yang cukup enak dengan harga Rp 6.000,-/porsi.


Perut kenyang dan perjalanan dilanjutkan. Selanjutnya kami ke pasar ikan, dan membeli setengah kilo cumi, 2 kg ikan, dan 5 kg beras untuk makan malam dengan menghabiskan uang sebesar Rp. 80.000,-. Pasar tersebut berada di pinggir pantai. Di pantai ini terdapat beberapa kapal para pelayar mencari ikan.




Selanjutnya kami memutuskan untuk pulang ke villa dan beristirahat sampai menunggu waktu pelepasan penyu sekitar pukul 17.30 WIB. Disini lah terjadi banyak kekonyolan di antara kami, kami membeli 5 buah kelapa muda untuk 10 orang, satu buat kelapa muda untuk 2 orang kepala, Sehingga kami berebut memakan kelapa muda seperti sedang mencari ikan di kolam dan terjadilah sebuah insiden serta aib yang apabila diingat sungguh membuat tertawa sendiri :))




Setelah selesai mandi dan Shalat, kami menuju ke tempat pelepasan penyu. Inilah keasyikan yang kami nikmati selama di Ujung Genteng. Untuk ikut andil dalam pelepasan, kami harus membayar Rp 5.000,-/perorang dan Perorang diberi 2 ekor penyu. Beratus penyu dan berpuluh-puluh orang menyaksikan dan melakukan pelepasan penyu di sisi pantai Pangumbahan. Sayang sekali kami tidak bisa menikmati sunset, karena cuaca tidak mendukung.






Setelah selesai kami kembali ke villa dan beristirahat. Kami meminta tolong pemilik villa untuk memasak ikan dan beras yang kami beli. Sambil menunggu makan malam siap saji, kami melakukan beberapa ritual, seperti main Unno, acoustic, dan bercanda tawa.



Pukul 22.30 WIB kami memutuskan untuk tidur.

Keesokan harinya, kami menuju satu tempat tujuan kami yang terakhir sambil menuju jalan pulang, yaitu Curug Cikaso. Tempatnya sekitar 45 Menit dari villa kami. Untuk menuju Curug Cikaso kami harus menaiki perahu dan membayar Rp 100.000,-/10 Orang. Ada 2 perbedaan air danau yang kami lihat ketika kami menuju Curug Cikaso dengan perahu, seperti minyak yang tak bisa menyatu dengan air, ternyata di danau ini warna air di sekitar dermaga sangat kotor, berwarna keruh kuning, sedangkan disekitar aliran Curug Cikaso airnya sangat jernih dan kebiruan. SubhannAllah kami berdecak keheranan.




Setelah sampai di tempat tujuan, kami sangat takjub dengan keindahan 3 buah curug (air terjun) yang ada di depan mata kami. Kami tak berhenti bersyukur dengan keindahan curug tersebut. Dan inilah obat kekecewaan kami selama 2 hari di Ujung Genteng. Subhanallah... Itulah kata-kata yang keluar dari mulut kami ketika melihatnya. Sungguh luar biasa Allah menciptakannya dan kami bisa menikmatinya.





Tak cukup lama kami di tempat ini, karena kami tak punya banyak waktu, kami memutuskan untuk pulang ke Bandung.


Begitulah perjalanan kami, lelah tapi membahagiakan. Bukan hanya karena tempat, tapi kebersamaan bersama orang-orang yang kita sayang. Ikatan kekeluargaanlah yang membuat kami bisa menikmati liburan singkat ini.
Oiyah, total biaya yang kami habiskan hanya sekitar Rp 200.000/Orang. Murah kaaan?? hehehe

Terimakasih, semoga membantu :D

2 komentar:

  1. KEREEEEENNNN.....!!! keep writing, neng :D
    biar cerita hidup kita abadi....

    BalasHapus
  2. Haha iya Ar. Arya juga keep writing yaa.. Soalnya aku pembaca setia blog-blognya Arya looh.. Keren-keren soalnya, sukaaa.. :D

    BalasHapus