Senin, 08 April 2013

East Java Trip (Madakaripura - Ijen - Baluran - Bromo)

Long Weekend akhir Maret kemarin saya manfaatkannya untuk berkeliling dan menikmati surga kecil di ujung pulau Jawa, yup.. propinsi yang menjadi minat saya adalah Jawa Timur. Beberapa tempat di Jawa Timur masuk ke dalam list trip saya di tahun 2013 ini.

Mempunyai sahabat yang mempunyai hobi yang sama memang tidak gampang, dan jika ada pun itu akan menjadi salah satu alasan untuk kita bisa terus dekat, ya ya dia adalah Arini Rusyda yang biasa saya panggil Arruzt. Dia adalah sahabat saya semenjak SMA. Jika ditotal saya sudah kenal dia hampir 9 tahun lamanya. Mempunyai sahabat seperti dia menjadi salah satu hal yang saya syukuri, selain mempunyai banyak kesamaan, darinya saya juga bisa belajar banyak hal. Dia adalah salah satu sahabat terbaik saya, selalu mengajak saya untuk selalu ingat kepada Sang Pencipta. :)

Awal Februari setelah kami memutuskan untuk mengikuti Jong Java trip, kami hunting tiket KA Ekonomi Kertajaya, Jakarta Pasar Senen - Surabaya Pasar Turi. Tapi sayangnya tiket sudah habis. Alternatif lain kami membeli tiket KA Ekonomi Pasundan, Bandung Kiara Condong - Surabaya Gubeng seharga Rp 38.000,-. Karena miss communication antara kami, tiket balik dibeli setelah harga tiket KA naik 150%, seharga Rp 120.000,-. Nyesek dan nyesel harga tiba-tiba melabung tinggi, tapi tidak ada pilihan lain, dengan terpaksa kami membelinya.



Tanggal 27 Maret 2013, Rabu pukul 19:00 saya berangkat dari Jakarta ke Bandung menggunakan travel Baraya yang kebetulan lagi ada promo Rp 35.000 (biasanya Rp 58.000). Lumayan membatu saya yang memang berniat untuk menghemat pengeluaran. Ya namanya juga Backpacker, ya pengeluaran harus seminimal mungkin.

Karena belum dapat cuti dengan sedikit berbohong kepada atasan saya, akhirnya saya diijinkan untuk ijin pada hari Kamis.

Sekitar pukul 21:30 saya sampai di Pasteur-Bandung dan saya meminta Arruzt menjemput saya di sebrang BTC dengan menggunakan motornya. Setelah packing, makan, ngobrol sekitar pukul 00:00 kami pun tidur di rumahnya Arruzt di bilangan Cibeureum, Cimahi-Bandung.

Kamis, 28 Maret 2013 pukul 04:00 kami bangun dan siap-siap. Setelah mandi, solat, dan sarapan sekitar pukul 05:00 kami pun berangkat menggunakan angkot. Kami dua kali naik angkot, yaitu angkot Cimahi - Leuwi Panjang dan Caheum - Cibaduyut seharga Rp 6.000. Didetik-detik keberangkatan kereta, kami pun sampai di Stasiun Kiara Condong, seperti difilm-film kami cemas dan berlari-lari cemas ditinggal kereta, tapi semesta alam masih mendukung keinginan kami, kami sampai tepat waktu. Pukul 06:05 kami pun berangkat menuju Gubeng Surabaya.

Sangat membosankan memang, sekitar 18 jam duduk tanpa bisa melakukan aktivitas lain selain tidur, ber-HP ria, ngobrol dan ngemil. Hampir di setiap stasiun kereta ini berhenti dan perjalanan menjadi sangat lambat, ya maklumlah namanya juga kereta ekonomi. Tapi beruntungnya, 2 tempat duduk yang harusnya ditumpangi oleh 5 orang tidak ada penghuninya selain kami. Jadi bisa kami kuasai dengan leluasa.


Cara yang tidak biasa dilakukan seperti biasanya ketika di dalam kereta adalah shalat, kami melakukannya dengan cara duduk, unik menurut saya, dan jadi hal yang menarik juga, karena ibadah menurut agama kami tidak dipersulit, bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi kita.

Ya saya menjadi tukang tidur ketika melakukan perjalanan, tapi ada alasannya, karena jika tidak tidur saya akan mabok perjalanan.

Selama di perjalanan kami melihat pemandangan luar biasa yang jarang saya temui di jakarta, seperti sungai, langit, gunung, hutan, sawah, pepohonan yang masih hijau dan itu sangat membuat pikiran saya sejuk. Benar-benar bisa saya nikmati keadaan itu.

Sekitar pukul 23:30 kami akhirnya sampai di stasiun Gubeng-Surabaya. Ketika sampai, kami berniat untuk tidur di mushola, tapi sayangnya stasiun tersebut mempunyai peraturan yang cukup ketat, dimana tidak ada orang yang diperbolehkan berada di dalam stasiun, stasiun harus bersih setelah penumpang berangkat maupun pulang. Dan ketika kami mencari mushola, petugas stasiun (pak Andi) menanyakan kepada kami mengenai tujuan kami dan beliau menjelaskan bahwa mushola dikunci. Akhirnya beliau menawarkan untuk menumpangi kami solat di kantor stasiun tersebut. Setelah kami menceritakan keadaan dan tujuan kami, akhirnya pak Andi menawarkan kami untuk tidur di kantor tersebut, dan tanpa berpikir panjang, kami meng-iya-kannya. Kami tidur di sofa. Untungnya kantor tersebut ber-AC, sehingga kami tidak kepanasan.

Jumat, 29 Maret 2013 sekitar pukul 04:30 kami dibangunkan, kemudian kami shalat dan langsung berpamitan pulang. Dengan sisa kebaikan pak Andi, kami diantar keluar stasiun dan dicarikan taksi untuk menuju meeting point, yaitu Taman Pelangi (Bunderan Dolog). Pada awalnya kami tidak berniat untuk menggunakan jasa taksi, karena memang tujuannya kan pengeluaran seminim mungkin, karena perasaan yang tidak enak kepada pak Andi yang sudah mencarikan taksi, maka dengan terpaksa kami mengikuti saran beliau. Taksi yg kami tumpangi berupa borongan, dengan tarif seharga Rp 45.000 sampai tujuan dengan syarat mau menunggu dan mengantar kami ke toilet umum (pom bensin) yang gratis. :D

Di sebuah pom bensin Pertamina yang tidak jauh dari stasiun, kami meminta untuk berhenti untuk mandi. Kurang lebih sekitar setengah jam, kami pun kembali berangkat setelah cantik dan wangi. Karena terlalu lama menunggu kami, bapak-bapak supir taksi pun meminta agar bayarannya dibulatkan menjadi Rp 50.000,- dan kapi pun menyetujuinya dengan dalih "gak enak". Sekitar pukul 06:00 kami sampai di taman Pelangi. Karena meeting nya masih satu jam lagi, kami meminta turun di mesjid belakang gedung Dolog, tepatnya di sebrang taman Pelangi.



Selama menunggu satu jam, kami manfaatkan untuk sarapan, re-packing, dan dandan. Sekitar pukul 06:50 TL (Angga) menelepon Arruzt untuk segera berkumpul. Singkat cerita kami pun bergabung dengan teman-teman yang lain. Sambil menunggu teman-teman yang belum datang, kami manfaatkan untuk berkenalan dan foto-foto di taman Pelangi.







Sekitar pukul 09:30 kami pun berangkat. Ada sekitar 30 orang yang ikut dalam trip ini, ada yang dari Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Balikpapan. Kami menyewa 2 buah Elf travel yang berisi 16 orang/mobil. Sharing cost untuk biaya transportasi ini sebesar Rp 400.000/orang. Destinasi pertama kami adalah air terjun Madakaripura yang berada di daerah Probolinggo.

Sekitar pukul 10:30 kami berhenti di sebuah rumah makan di daerah Bangil yang memiliki kuliner khas yaitu nasi Punel. Rasanya biasa saja kalo menurut saya, mungkin karena lidah saya kurang terbiasa dengan makanan khas Bangil-Jawa Timur itu. Harga seporsinya pun cukup standar, yaitu Rp 11.000. Setelah selesai makan, kami melanjutkan perjalanan kami. Sekitar pukul 11:30 kami berhenti di sebuah mesjid untuk melaksanakan shalat Jumat untuk para laki-laki dan shalat dzuhur.

Sekitar pukul 12:30 kami melanjutkan perjalanan. Kami pun melewati kota Sidoarjo, yang merupakan daerah yang terkena semburan lumpur panas Lapindo yang santer diberitakan beberapa tahun terakhir ini, semenjak bencana itu terjadi pada tanggal 29 Mei 2006. Kondisi tersebut kini menjadi "tempat wisata".

Air terjun Madakaripura berada di desa Sapih, Kecamatan Lumpang, Probolinggo, sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota. Air terjun ini berada di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Letak air terjun ini ada di daerah perbukitan, sehingga sepanjang perjalanan banyak terdapat lembah dan jurang yang cukup dalam. Semakin masuk ke dalam dan mendekati lokasi, lebar jalan pun semakin sempit. Namun khasnya pepohonan membuat kita merasa sejuk dan segar. Sangat rawan untuk kendaraan roda empat menuju kesana. tentunya memerlukan keterampilan mengemudi tersendiri. Untungnya driver kami hebat, hehehe

Tiket masuk wisata ini seharga Rp 3.000/orang. 

Sesampainya di pintu gerbang dan masuk ke area parkir, perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki kurang lebih 1,5 km melewati jalan setapak yang sebagian sudah dicor, namun sebagiannya lagi hilang terbawa longsor. Kemudian menyebrangi sungai. Untuk menuju ke tempat tujuan, kami menggunakan jasa pemandu sebanyak 2 orang. Tujuannya selain karena medannya cukup berat, juga membantu masyarakat lokal agar berpenghasilan. 



Kalau menurut Arruzt : "Pemandu itu romantis, baik hati, suka menolong, dan sangat gentle, setiap kita butuh bantuan, mereka dengan senang hati mengulurkan tangannya dan rela berjatuh-jatuh agar kita tidak jatuh. hehehe" haha dasar anak itu. :D

Di gerbang masuk ada sebuah patung yang sedang bermeditasi. Patung tersebut konon merupakan Patih Gajah Mada yang berasal dari kerajaan Majahpahit, yang terkenal dengan sumpah Palapanya. Menurut penduduk setempat nama Madakaripura berarti "tempat terakhir" dimana konon pada jaman dahulu Patih Gajah Mada menghabiskan akhir hayatnya dengan bersemedi di lokasi air terjun ini, yaitu di sebuah goa air terjun utama tersebut.





Mendekati lokasi akan ditemui beberapa warung makanan dan minuman, toilet, serta penyewaan payung dan jas ujan plastik. Untungnya saya membawa jas ujan, jadi sangat berguna sekali disini, karena saat itu hujan sedang turun cukup labil, sehingga perjalanannya kurang mengasikan. Medannya lebih banyak menanjak, dan menjejakan kaki di bebatuan sebagai pijakan, sehingga terasa cukup menguras stamina dan melelahkan dalam melangkahkan kaki. Yang cukup menegangkan adalah ketika melewati bebatuan di tebing dengan posisi miring. Sehingga kami harus tetap waspada dan hati-hati karena bebatuannya yang licin akibat berlumut seolah menjadi menu wajib ketika melewati trek ini.




Ketika sampai di air terjun utama yang pertama, saya seperti melihat kembali keindahan tebing-tebing Green Canyon di Pangandaran, tapi lebih indah lagi dari yang pernah saya lihat sebelumnya. Kemudian dengan decakan kagum atas keindahan semesta alam Indonesia, saya melanjutkan dan melewatkan tebing-tebing menjulang tinggi yang meneteskan air membentuk tirai pada seluruh bidang tebingnya seperti layaknya sedang hujan, beberapa diantaranya bahkan mengucur deras seperti membentuk air terjun lagi. Di ujung sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter sekitar 25 m, ada sebuah lembah berbentuk seperti tabung dimana air terjun berketinggian 200 meter tampak gagah menjulang. Air terjun Madaripura ini dijuluki sebagai air terjun tertinggi di Jawa dan air terjun tertinggi kedua di indonesia setelah Sigura-gura di dekat Danau Toba, Sumatera Utara.






Dikelilingi oleh "tembok alami" luar biasa tinggi, debit Air Terjun Madakaripura yang jatuh ke sebuah ruang alami serupa tabung tersebut menjadi memukau di mata. Sayangnya saat itu cuaca sedang gelap dan curah hujan sedang tinggi, sehingga saya tidak bisa mengabadikan keindahannya lewat bidikan kamera, namun ketika saya melihat foto teman (Ivo, temannya Candra), ada pesona sinar matahari yang menyoroti lumut hijau basah di dinding berbatu disertai gemuruh air menjadi landscape yang tidak pernah saya temui di tempat lain, bahkan di Curug (air terjun) Cikaso, Ujung Genteng-Sukabumi sekalipun yang dulu sempat menjadi air terindah menurut saya.



Resumenya : air terjun Madakaripura menjadi air terjun terindah yang pernah saya datangi, dimana disini ada paduan Green Canyon.
Dengan perjuangan perjalanan yang cukup membahayakan dan cukup sulit ditempuh, menjadi worthed untuk tempat sedahsyat ini. Saya bangga lahir di negeri indah ini. B-)

Sekitar pukul 17:00, selesai berfoto dan mandi, kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi selanjutnya, yaitu kawah Ijen yang berada di kabupaten Bondowoso, kecamatan Klobang dan kabupaten Banyuwangi, kecamatan Licin. Kawah ijen terletak di gunung ijen yang memiliki ketinggian 2.443 m dari atas permukaan laut.



Sekitar pukul 20:00 kami berhenti di sebuah restauran Bromo Asri untuk shalat dan makan malam. Harga makanan di restaurant ini pun masih cukup standar dan saya sangat suka dengan sotonya, benar-benar enak dan worthed dengan harga Rp 17.500 sudah termasuk soto+nasi putih+es teh manis. Walaupun disini terjadi insiden yang membuat saya kesal terhadap diri saya sendiri. Saya ketinggalan obat yang tidak boleh ketinggalan sehari pun untuk saya minum.

Sekitar pukul 21:30 kami pun melanjutkan perjalanan. Saya manfaatkan untuk tidur. Dan sekitar pukul 01:30 kami pun sampai di parkiran wisata kawah Ijen. Menurut TL (Team Leader) kami, treking dari parkiran ke kawahnya sendiri ditempuh dengan 2 jam jalan kaki. Harga tiket wisata ini sebesar Rp 4.000,-.

Tepat pukul 03:00 kami berangkat berjalan kaki menuju tempat tujuan. Baru sekitar seperempat perjalanan, ada 2 orang dari kami yang tidak sanggup sehingga memutuskan untuk kembali ke mobil. Memang wajar, udara disana sangat dingin, dan trekingnya pun menanjak. Selain pakaian tebal, masker, sarung tangan dan kaos kaki perlu dipakai agar kita bisa bertahan sampai atas.

Kurang dari pukul 05:00 kami sampai di bibir atas kawah, dengan diterangi bulan purnama yang sangat bulat dan indah saya memutuskan untuk shalat terlebih dahulu sambil menunggu sunrise. Selesai shalat dan bertayamun, kami memutuskan untuk berfoto dan hunting blue fire serta sunrise yang paling terkenal dari tempat ini.




Di kawasan gunung berapi ini terdapat pertambangan belerang, dimana mengindikasi gunung ini masih aktif dan beraktifitas. Kawah ijen merupakan pusat kawah terbesar di dunia dan juga mempunyai fenomena api biru (blue fire) yang hanya ada 2 di dunia. Jadi tak heran banyak sekali wisatawan asing yang mengunjungi kawah ini walaupun perlu melakukan perjalanan yang sangat melelahkan.



Yang menarik dari danau ini adalah warnanya hijau toska (hijau kebiruan), yang merupakan warna favorite sayang, hehehe. Selain itu di bagian tenggara kami menemukan lapangan solfatara, yaitu dinding yang selalu menyemburkan gas dengan kandungan sulfur yang sangat tinggi. Semakin terang oleh cahaya matahari dari sebelah timur, membuat saya begitu tersentak oleh landscape ciptaan Allah yang tiada duanya. Berucap syukur tak berhenti saya panjatkan. Semakin siang view yang saya dapatkan semakin membuat saya terus bergumam. Perpaduan hijau biru kuning putih semakin membuat indah kawah tersebut.







Pukul 06:30 kami memutuskan untuk kembali turun, sambil berfoto ria di bawah langitnya yang biru dan cerah, akhirnya pukul 08:00 kami sampai di parkiran. Setelah mandi dan sarapan, sekitar pukul 09:00 kami pun melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, yaitu Taman Nasional Baluran yang berada di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur (sebelah utara Banyuwangi) yang memiliki luas 25.000 ha. Batas wilayah sebelah utara adalah Selat Madura, sebelah timur adalah Selat Bali, sebelah Selatan adalah Sungai Bajulmati, dan sebelah barat adalah Sungai Klokoran.

Di perjalanan kami berhenti untuk makan, saya lupa namanya karena kebetulan saat itu saya memutuskan untuk tidur di mobil. Setelah kurang lebih 1 jam, kami melanjutkan kembali perjalanan kami. Hingga sekitar pukul 13:20 kami sampai di tujuan kami. Harga tiket wisata ini sebesar Rp 2.500,-.

Dari gerbang Taman Nasional Baluran menuju savana Bekol ditempuh dengan waktu yang sangat lama, bukan karena jauh, tapi karena jalanan yang sangat rusak. Sebelum foto-foto, kami memutukan untuk shalat terlebih dahulu.

Savana Bekol adalah sebuah tanah lapang tandus yang sangat luas, dimana banyak binatang seperti kijang dan monyet berkeliaran di sekitar savana ini. Tempat ini menjadi ciri khas dari TN Baluran, dimana disini ada Mantugaul, pohon rindang, ilalang, dan rumpul-rumput liar yang merupakan paduan pas untuk sebuah savana. Yang paling bikin saya takjub adalah pemandangan padang savana yang sangat indah ketika saya melihatnya dari atas menara setinggi 12 m yang bisa dijangkau dengan berjalan menaiki tangga yang cukup bikin kaki pegal. Sungguh sejauh mata memandang membuat mata tidak bisa berkedip. Hanya satu kata yang keluar dari mulut saya, subhanallah.























Sekitar 5 km dari savana Bekol, di ujung TN Baluran ada sebuh pantai yang bernama Pantai Bama. Kami pun memburu pantai tersebut. Sesampainya di pantai Bama, kami diserbu banyak monyet yang cukup lincah menakuti kami. Pantainya biasa saja, tapi yang membuat saya tidak menyesal kesini adalah hutan Mangrove-nya (Hutan bakau) yang sangat bagus, indah, dan unik. Selain itu disini ada penyewaan perahu Kano dan bisa snorkeling.













Berhubung tadi siang saya dan Arruzt belum makan, maka kami berdua memutuskan untuk pergi ke Cafetaria. Memesan nasi goreng dan pulpy orange. Harganya pun standar, nasgornya hanya Rp 11.000 dan pulpy-nya hanya Rp 7.000,-. Di belakang cafetaria tersebut ada sebuah burung merak yang cukup indah.


Sekitar pukul 17:30 kami meninggalkan pantai tersebut, dan menuju destinasi terakhir, yaitu Bromo. Di sekitar tepi pantai utara provinsi Jawa Timur, di Desa Binor, Paiton, Kabupaten Probolinggo ada sebuah pabrik PLTU megah nan indah yang membuat mata kami terpukau, dalam hati saya berkata : "Sepanjang melihat pabrik, baru kali ini saya merasa takjub akan keindahannya." Kami akhirnya memutuskan untuk berhenti sebentar untuk mengabadikan kemegahan pabrik tersebut. Dengan lampu-lampu yang menyala, serta gelapnya malam yang disinari oleh rembulan, membuat kesan gagah tersendiri untuk sebuah pabrik sebesar itu. Romantis dan harmonis. Seperti itu lah saya merasakan keindahannya. Wilayahnya berbatasan dengan Selat madura di Utara, kecamatan Kraksaan d sebelah barat, serta kabupatn Situbondo di sisi Timur. Uniknya lagi, pabrik ini ternyata dibangun di atas laut yang di uruk pasir. PLTU Paiton ini mengoperasikan 2 PLTU dengan total kapasitas 800 MW. Energi listrik ini kemudian didistribusikan melalui Sutet 500 kV sistem interkoneksi Jawa-Bali. Ckckck dahsyat ya..


Sekitar pukul 02:00 dini hari kami sampai di desa kecamatan Ngadisari yang merupakan kota terakhir sebelum ke Gunung Bromo-Probolinggo dengan harga tiket masuk sebesar Rp 6.500. Pukul 04:00 kami dibangunkan oleh TL untuk pergi mengejar sunrise di Pananjakan yang berada di ketinggian 2700 m. Menuju Penanjakan tersebut kami berganti mobil dengan menggunakan jeep tertutup yang kami sewa seharga Rp 100.000/orang, dengan kapasitas 6 orang/jeep. Perjalanan menanjak di lautan pasir kami tempuh hanya sekitar 30-45 menit. Sekitar pukul 04:45 kami sampai di parkiran Penanjakan. Disini kami harus berjalan menuju tempat melihat sunrise sekitar 200-300 meter. Sambil menunggu matahari terbit, saya melaksanakan shalat subuh terlebih dahulu dengan bertayamun. Karena udaranya terkenal sangat dingin, saya pun menggunakan 4 lapir pakaian yang terdiri dari kemeja, sweater, dan 2 jaket, ditambah 2 celana yang membuat cukup hangat.

Sekitar pukul 05:00 matahari terbit perlahan-lahan. Sekitar 30 menit saya takjub melihat keindahan matahari terbit sampai akhirnya matahari terang benderang dan puncak Gunung Bromo yang mengeluarkan asap terlihat di belakang gunung Batok. Selesai menyaksikan matahari terbit, saya melihat pemandangan alam menakjubkan berupa Gunung Batok, Gunung Bromo, dan Gunung Kursi dengan latar belakang Gunung Semeru. Saya merasa berada di atas awan melihat kabut di bawah menari-nari di sekitar gunung Bromo.
Namun sayang seribu sayang, destinasi terakhir kami ini tidak bisa saya abadikan terlalu banyak dengan kamera saya, karena battery kamera saya sudah menunjukan titik-titik limitnya untuk bisa menjepret. Ya dengan keadaan ini mau tidak mau saya harus lebih banyak menebeng foto kepada teman-teman yang battery-nya masih bisa bernyawa, salah satunya Aisyah. Kesal iya, tapi dengan keadaan seperti ini, kami menjadi lebih dekat dengan teman-teman yang lain.







Setelah berfoto ria, kami memutuskan untuk turun karena berburu dengan waktu, kami memutuskan untuk mengunjungi viewpoint selanjutnya, yaitu Bukit Teletubies. Bukit Teletubies ini berupa bukit yang berada di hamparan savana luas yang mirip dengan setting serial TV anak-anak pada tahun 2000-an, walaupun sebenarnya tidak ada hubungan dengan setting lokasi serial Teletubbies tersebut. Menuju tempat ini kami melewati padang pasir yang sangat luas. Dengan kecepatan tinggi, jeep kami melaju bak offroad yang sedang balapan. Sungguh sensasi yang jarang terjadi saya alami. Ngebut-ngebutan di hamparan luas pasir yang begitu tandus dan kering namun view nya membuat saya betah. 

Setelah turun dari Jeep, yang hanya diperbolehkan sampai parkiran, kami memutuskan untuk berjalan menyusuri keindahan bentangan rerumputan dan ilalang yang sungguh memesona itu. Ditempat sekering dan setandus ini ada hamparan hijau Padang Savana dan Bukit Telletubies. Melihat hijaunya yang begitu kontras dengan daerah di bagian utara Bromo yang tandus.






Karena waktunya terbatas, kami tidak terlalu lama di tempat tersebut. Kami melanjutkan perjalanan menggunakan Jeep ke tempat berikutnya, yaitu Pasir Berbisik. Pasir berbisik ini pernah menjadi lokasi syuting film yang dibintangi Cristine Hakim dan Dian Sastro yang diberi judul sama, yaitu Pasir Berbisik. Mungkin alasan diberi nama Pasir Berbisik karena ketika lautan pasir itu terseret angin, akan ada gesekan dengan partiket-partiket pasir yang menghasilkan bunyi. Bebatuan dan karang di beberapa titik menambah keindahan pemandangan di sepanjang cakrawala dan memberi perlindungan terhadap badai, ditambah dengan langit biru menambah keindahan tempat itu bak lukisan.










Setelah berfoto dan menikmati keindahannya, kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan jeep kembali ke tempat terakhir, yaitu kawah gunung Bromo. Tepat di depan pura, di bawah kaki Gunung Bromo, kami turun dari Jeep. Untuk naik ke kawah tersebut, kami diharuskan berjalan kaki sejauh sekitar 1 KM mendaki bebatuan. Namun disana tersedia penyewaan kuda PP dari depan pemberhentian dengan harga Rp 75.000 - 200.000,- tergantung ramai tidaknya pengunjung yang datang. Sesampainya di kaki gunung Bromo saya menaiki anak tangga yang berjumlah kurang lebih 250 untuk sampai di puncak gunung Bromo. 








Setelah ngos-ngosan dengan sisa tenaga yang ada, akhirnya sampailah di puncak. Disini saya melihat langsung kawah yang sedikit berbau belerang. Pemandangan di bawah berupa keindahan lautan pasir, pura Hindu yang tampak anggun dari kejauhan, kuda-kuda yang berjejer, keramaian orang-orang, serta jeep yang berjejeran. Di sisi sebelah Gunung Bromo terlihat dengan gagahnya Gunung Batok yang terlihat seperti kue lapis raksasa apabila dilihat dari jauh, karena bentuk gunungnya berlapis-lapir dan berwarna coklat gersang. Namun ketika dilihat dari dekat, gunung Batok merupakan gunung yang berwarna hijau karena ditumbuhi rerumputan hijau. Berbeda dengan gunung Bromo yang dipenuhi oleh pasir dan bebatuan tandus.





Beberapa menit berada di atas, membuat saya sport jantung, sehingga kami memutuskan untuk segera turun. Di bawah, ada sebuah lorong bebatuan gitu yang membuat saya dan Arruzt memutuskan untuk berfoto ria. Tempatnya sangat unik dan antik menurut saya, karena bebatuan tersebut sebagian ada yang dilukis berbentuk kepala dan juga nama.






Sekitar pukul 09:30 kami turun menuju elf sewaan kami. Kemudian melanjutkan untuk pulang ke Surabaya. Sekitar pulu 12:10 kami berhenti di restaurant Bromo Asri untuk makan siang dan shalat. Dan mungkin karena masih rejeki saya, saya kembali mendapatkan obat saya yang hari Jumat malam ketinggalan.
Setelah salat, saya kembali memesan soto yang menurut saya sangat enak itu. Makan siang itu saya hanya menghabiskan uang Rp 17.500.

Selama perjalanan di Elf, selain saya dapat melihat perjalanan kota Surabaya yang agak mirip Jakarta, serta hutan-hutannya yang masih asri dan hijau, saya juga ditemani lagu-lagu dari USB-nya Angga, dan lagu dangdut koplonya bapak supir. Selain itu juga, kami banyak berdiskusi mengenai banyak hal sama si pak Supir yang bernama Pak Sugeng menceritakan banyak hal, terutama pengalaman-pengalaman beliau meniti kariernya di dunia entrepreuner dan juga parwisata. Sungguh mengajarkan saya banyak pengalaman dan ilmu hidup secara langsung. Terima kasih pak :)

Kembali kebingungan melanda pikiran saya dan Arruzt, karena kereta saya berangkat besok paginya, Senin 1 April 2013, untuk malah itu saya masih belum tau akan menginap dimana. Untungnya Candra, salah satu teman kami yang mengikut trip ini juga yang mengetahui kesusahan kami, menawarkan kami untuk menumpang di kosan temannya yang berada di sebelah kampus UNAIR fakultas kedokteran.

Sekitar pukul 17:30 kami dengan agak nyasar di sekitar kosan itu, akhirnya kami dikenalkan kepada Ivo, sahabat karibnya Candra semasa kuliah di Kebidanan. Karena kamar Ivo hanya cukup di huni oleh 2 orang, Ivo menawari kami untuk menginap di kontrakan teman-temannya Ivo yang tidak terlalu jauh dari kosannya. Menurut Ivo, ada 2 kamar kosong karena teman-temannya sedang pulang kampung. Sangatlah membuat kami bahagia karena memang menghindari pengeluaran kami untuk penginapan.

Ada kata-kata Candra yang masih saya ingat sampai sekarang, menggelitik memang, tapi saya setuju dengannya. "Kalo dapet jodoh, gak apa-apa deh dipecat juga, hehehe :">". Sontak, saya, Arruzt, dan Ivo tertawa mendengar pengakuan itu.

Setelah selesai mandi dan shalat, saya dan Arruzt meminta tolong Candra dan Ivo untuk mengantar kami membeli oleh-oleh yang katanya berada di daerah Genteng. Setelah membeli oleh-oleh, kami ber-5 dengan temannya Ivo makan malam di sekitar kosannya teman Ivo dengan membeli nasi uduk, ati ampela, tempe, es teh manis+es jeruk dan lain-lain. Dahsyatnya saya dan Arruzt hanya mengeluarkan uang Rp 45.000 untuk makan kami ber-5. Sungguh murah, benar-benar murah menurut saya.

Setelah selesai makan, kami kembali ke kosan ivo untuk pindahan. Di kontrakan temannya Ivo, kami disuguhkan 2 kamar, komplit dengan 2 kasur dan kipas angin. Sungguh nikmat tidur kami sampai kesiangan untuk bangun. Karena akhirnya setelah perjalanan 4 hari 4 malam, kami baru menemukan kasur untuk tidur.
Keesokan harinya, Senin, 1 April 2013 kami bangun kesiangan, pukul 06:00. Selesai shalat dan mandi, kami siap-siap, dan untungnya Ivo dan Candra menawari untuk mengantar kami ke stasiun Gubeng yang tidak jauh dari kontrakan tersebut.

Pukul 07:05 kami berangkat, dan sekitar pukul 07:20 kami sampai di stasiun. Pamitan kepada Candra dan Ivo. Kemudian sambil menunggu keberangkatan kereta, saya dan Arruzt memutuskan untuk sarapan di warung makan sebrang pintu masuk KA Ekonomi stasiun Gubeng. Karena katanya pintu masuk setiap kelas KA berbeda. Setelah kenyang, kami membeli susu ke Alfamart yang tidak jauh dari stasiun.

Tepat pukul 08:15 kereta kami berangkat. Namun di perjalanan pulang, kereta yang kami tumpangi penuh, dan tempat duduk kami juga ditumpangi oleh penumpang yang lain. Cukup menyenangkan karena kami bisa mengobrol banyak hal dengan bapak yang baru kami kenal, beliau bernama pak Djody. Orangnya baik dan terlihat sangat sayang dan bangga kepada keluarganya dan juga kampung halamannya, Jombang, Jawa Timur.

Pukul 22:55 kami sampai di Kiara Condong. Sekitar pukul 23:40 kami sampai di rumah Arruzt. Dan pukul 05:00 saya bangun, solat dan tidak mandi karena dingin. :D

Pukul 06:00 saya dianter Arruzt ke Pasteur menuju pool travel Baraya. Pukul 07:00 saya berangkat dari Bandung ke Jakarta. Sekitar pukul 09:30 saya sampai pool Fatmawati, menunggu Dani mengantarkan motor. Kemudian saya menitipkan carrier dan oleh-oleh saya ke Dani. Pukul 10:00 saya ke kantor dengan bermodal tidak mandi, pakai sendal jepit yang saya pinjam dari Dani dan sebuah HP. Begitulah trip saya, yang sangat menyenangkan dan menjadi pembuka awal di bulan April saya.

Sangat menyenangkan bertemu dengan orang-orang baru, mempunyai teman-teman baru, belajar banyak hal dari setiap kejadian yang terjadi di setiap perjalanan, menginjak tempat-tempat baru yang cukup asing, dan kembali mensyukuri keindahan alam yang telah Allah ciptakan untuk kita jaga dan lestarikan.

Sungguh bersyukur untuk setiap kesempatan yang Allah beri untukku. Alhamdulilah :)

Total Budget :
1. Transportasi : Rp 400.000
2. Exlude (Jeep&Tiket masuk wisata) : Rp 116.000
3. Tiket PP Bandung - Surabaya : Rp 38.000 + Rp 120.000
4. Travel Jakarta - Bandung : Rp 35.000 + Rp 58.000
5. Taksi+angkot : Rp 25.000 + 6.000 + 6.000
6. Makan : Rp 10.000 + 11.000 + 22.000 + 7.500 + 17.500 + 18.000 + 17.500 + 4.000 + 15.000 + 22.500 + 7.000 + 8.000 + 100.000 

Total sekitar Rp 1.100.000,-

"Aku ingin orang bisa melihat apa yang aku lihat sekarang tanpa mereka datang ke tempat ini. Itulah alasan kenapa aku suka photography." -Arini Rusyda-

5 komentar:

  1. Waaa suka note nyaaaaaaaaaa......
    ampe ada kutipan kata2 aku yang kamu inget... so sweet :D

    BalasHapus
  2. Iya dong.. Kita kan sweet Ruuus, hahahaha :D

    BalasHapus
  3. Boleh ikut nanya, karena saya jg akan backpackeran ke sana.. Saya mw tanya pas di bekol baluran sama habis nanjak ke bromo, mandi nya di mana ya?
    Kalau yg di ijen sama di madakaripura, mandi di toilet umum gitu bukan?

    BalasHapus
  4. iseng-iseng googling eh ternyata ketemu sama blok ini.
    terima kasih irma telah ikut trip jongjava, mudah-mudahan gak nyesel ya hehehehehe.......
    tunggu trip kami berikutnya ya.
    Comming soon pacitan - gunung kidul.
    oh ya sory nyerobot mau jawab pertanyannya anonim di atas.
    di bekol ada toilet kq, tapi pasti kamu gak mungkin di bekol aja kan pasti juga ke bama di bama lebih bagus tempat untuk mandinya + shower, untuk di mada dan bromo tenang aja banyak toilet umum yg bersih yg bisa digunakan.

    regards
    JongJava

    BalasHapus
  5. Haiii boleh minta contact penyewaan mobil disana gak? rencana bulan depan mau ke kawah ijen

    BalasHapus